http://misterjack25.blogspot.com/p/blog-page_30.html
AHMAD MURJOKO, pendidik di SMA Negeri Trawas & Lemebaga Swasta.
MERPATI DARI UTARA
Astaga !Sungguh alasan yang tidak masuk
akal. Pikiranya
picik, jiwanya kerdil, dan nasionalismenya rendah. Betapa
tidak!Kalaupun aku menjalin asmara dengan Sao Chun,itu hanyalah soal
hati,perasaan atau emosi,dan memang banyak persamaan,baik visi dan misi kami
berdua tentang cinta.Kami membangun cinta berdasarkan otak,sehingga aku hanya
menghargai hal-hal yang bersifat rasional dan reasonable.Aku tidak akan
mencampuradukan prosesi cintaku ini dengan ras,agama, etnis,ataupun kultur yang
memang tidak aku butuhkan dalam membangun perhelatan cinta ini. Walaupun secara
kasat mata,aku dan Sao Chun datang dari arah yang berlainan.Tapi karena hati
dan cintalah ,perbedaan-perpedaan yang muncul bisa kami kubur dalam-dalam sehingga
yang tumbuh mendominasi menghiasi hati kami berdua hanyalah persamaan,komitmen,dan
emosi cinta.Dan atas dasar cinta pulalah aku bisa jalan bareng bersama Sao Chun.
Aku hanya percaya bahwa
hidup,mati,jodoh,rizki itu milik Tuhan. Sehingga tidak sopan dan tidak pantas manusia
mencampuri urusan yang bukan wewenangnya, Bukan kapasitas dan otoritasnya..Sebab tugas
manusia hanyalah berusaha dan berdo’a, selebihnya milik Tuhan. Itu yang aku
tahu.
Dan aku memang telah berikrar dalam hatiku
untuk tidak akan mengendorkan obsesiku,apalagi menghentikan langkahku bersama
Sao Chun,atau aku akan dikatakan picik dan munafik kalau aku harus menyerah begitu saja pada nasip.Betapa
tidak...!Beragam badai dan topan silih berganti menerpa menerjang lajunya
cintaku bersama Sao Chun.Duri-duri yang tajam siap melukai setiap jengkal
langkahku,namun aku tidak akan mundur sejengkalpun untuk memenuhi janjiku pada
Sao Chun.
“Chun,nampaknya papamu jelas aku bukan
pilihanya!”
“Maksud mas?”
“Maksudku,kita harus ‘cut’ sampai
disini.Terus kamu, gimana?” “Tidak...!”. “Aku tetap mas,merpati
tak pernah ingkar janji”
“Terima kasih,Chun!”. Kataku.
Memang Sao Chun merupakan gadis yang
lembut, ramah, tutur katanya,sopan,dan perangainya menyenangakan. Sehingga
tidak sedikit teman-temanku yang mabuk kepayang padanya. Dan aku tentu bangga
punya adik dan kekasih seperti dia. Maka dalam beberapa tulisanku, aku sering
meneyebutnya, ‘beuty is truth’.Karena dia tidak hanya cantik, akan tetapi
ketulusan dan kejujuran hatinyalah membuaku semakin tegar menghadapi setiap
badai yang berusaha menghempaskan lajunya cintaku bersama Sao Chun ini. Bahkan dia menjadi inspirasi disetiap karyaku.Yach....andaikan
bunga, dia seperti bunga teratai yang tumbuh indah di tengah lautan,Maksudku
indah dipandang dan tidak mudah disentuh orang. Tentu memerlukan sampan dan
dayung yang kuat,serta dengan kesabaran juga sentuhan khusus untuk meraihnya.Tapi
tak seorangpun mampu menyentuhnya apalagi meraihnya. Satu per- satu mereka harus mundur dengan teratur walaupun asa telah penuh harap
dan otak penuh ambisi, namun harus stop sampai disini. Dan hanya aku yang mampu
menyentuh dan memetik teratai yang indah itu.
Namun dibalik kelembutanya, dia juga
merupakan gadis yang keras dan idialis. Kemauanya keras, pilhanya tegas, dan
tak seorangpun mampu membelokan, apalagi
mempengaruhi jalan pikiranya, termasuk papa dan mamanya.
“Tapi Mas, ibumu juga tidak
menginginkan aku sebagai calon menantunya!”
“Tidak Chun, emas murni tak tak takut bara api!”
“Maksud Mas!”
“Akan kuhancurkan semua dinding
penyekat yang berusaha memisahkan
lajunya cinta kita, akan kusingkirkan semua badai dan topan yang menghadang langkah kita . Demi kamu!, Demi kita
chun!”, kataku bersugguh-sungguh.
Sao Chun mendengarkan kata-kataku dengan
seksama. Bibirnya tersenyum. Matanya yang tinggal segaris dan teduh itu memandangku.
Duduknya digeser merapat disampingku. Kepalanya disandarkan didadaku. Matanya
dipejamkan, dan bibirnya yang indah itu terkatup dan sedikit terbuka ,
lantas...kusentuh dengan ujung bibirku. Kutahan sesaat, dan sedikit kutekan, dan ahaay...asyik
sekali bibir Sao Chun ini.
Memang perjalanan cintaku bersama Sao Chun
ini penuh dengan liku dan benar-benar menguras otaku. Betapa tidak! Dari pihak
orang tuaku, haram menjalin hubungan dengan gadis yang tidak se-etnis. Alasanya
tidak menghargai leluhur, tidak menghargai nenek moyang, dan yang lebih konyol
lagi akan merusak garis keturunan. Dan aku diancam tidak akan dibiayai kuliahku. Sehingga selama ini aku
harus backstreet menjalin asmara dengan gadis keturunan utara ini. Sehingga aku
sangat mangkel dan mendongkol mendengarkan petuah-petuah dari ibuku yang sangat
kolot dan irasional...dan aku bersumpah, akan kuhabisi kepercayaan-kepercayaan
yang menyesatkan dan bodoh itu.
Begitu juga dari pihak orang tua Sao Chun. Mereka melarang keras hubunganku
dengan Sao Chun, juga dengan beragam alasan yang tidak kalah menarik konyolnya dengan
jalan pikiran orang tuaku. Mereka mengatakan bahwa menikah dengan lain golongan
tidak akan bisa kaya, alias kere. Hidupnya akan sengsara, dan seret rizkinnya.
Dan yang lebih gila lagi, Sao Chun akan dikeluarkan dari keluarganya jika tetep
nekat bersamaku. Sungguh alasan yang
benar-benar tidak patut dicontoh dan tidak bisa
dipertanggungjawabkan kebenaranya.
Namun aku tetap bersikukuh bersandar pada
kebenaran otaku, dan jalan pikiran Sao
Chun yang mengedepankan common
sense dalam menyiasati setiap
permasalahan yang muncul dalam
kehidupan kisah cintaku ini. Aku tidak peduli rintangan apapun yang menghadang
yang tidak ada hubunganya dengan materi perjalanan cintaku bersama Sao Chun.
Aku terus melaju, myheart will go on, apapun resikonya. Dan tidak aku hiraukan ocehan ataupun gunjinan yang kudengar
dari telinga kanan dan kiri yang hanya semakin membakar darah mudaku semakin memuncak. Akan tetapi karena kegigihanku selama ini yang pantang menyerah, tak
mengenal putus asa, dan aku tetap teguh memilih Sao Chun sebagai kekasihku,
akhirnya luluh juga hati ibuku. Mereka mau menerima Sao Chun menjadi bagian
dari keluargaku dengan catatan kuliah menjadi prioritas utama dan harus sukses.
Begitu juga papa dan mamanya Sao Chun, mereka harus menanaggalkan arogansinya,
harus mengubur falsafah konyolnya, dan harus mau menerima kenyataan bahwa anaknya tetap memilih aku sebagai calon
pendampingnya.
Benar memang ibuku, study harus nomer
satu. Menurutku juga demikian, dan Sao Chun juga mempunyai prinsip yang sama akan pentingnya ilmu
sebagai piranti kehidupan ini, disamping
cinta . Sebab hanya dengan ilmu
kita akan lebih dihargai, dihormati, dan kehidupan kita akan lebih elegan. Kita
tidak munafik ,tanpa cinta hidup ini
kurang indah dan tidak bergairah. Maka ilmu dan cinta harus bisa jalan
beriringan. Aku berharap demikian, aku menginginkan Sao Chun menjadi seorang
gadis yang sukses. Begitu juga aku sendiri, study-ku harus sukses, dan akan kubuktikan obsesiku pada
ibuku bahwa aku bisa terbang ke langit
untuk meraih bulan dan bintang bersama
sayap merpatiku yang tak pernah ingkar janji ini. ***
AHMAD MURJOKO, pendidik di SMA Negeri Trawas & Lemebaga Swasta.
0 comments:
Post a Comment